Saya Jera Makan Mie, Tapi Saya Tetap Makan Mie ReNoodle

Ada 3 komentar pada post ini
Ditulis oleh Mas Pewe

Penulis pe-we.com sekaligus pemiliknya ini menyenangi segala hal tentang SEO.

Saya merupakan salah satu penggemar mie kelas berat. Kalau bisa, setiap hari saya makan mie. Saat bepergian keluar kota, saya juga akan berburu kulineran mie, mau mie digoreng ataupun dikuah, tak masalah. Mau mie yang dijual oleh bapak-bapak dorong gerobak di pinggir jalan sampai mie yang dijual di depot atau restoran, pasti tetap saya coba. Kalau enak, besok beli lagi. Kalau tak enak, ya ngapain beli. Pokoknya, mie, pasti saya santap dengan hati bahagia. Sampai suatu ketika ada kejadian yang bikin saya rasanya mau mati. Sejak saat itu, saya jera makan mie, tapi saya tetap makan Mie ReNoodle.

Flying Noodle – ReNoodle Recipe

Sempat Jera Makan Mie

Seperti yang sudah saya ceritakan tadi, saking gemarnya makan mie, saya rela menyantap mie apa saja yang bisa saya temukan, termasuk di pinggir jalan ketika lapar menyerang dan masih jam kerja. Di salah satu sudut jalan dekat kantor lama saya memang ada tukang mie yang selalu ramai dengan pekerja kantoran, terutama saat jam makan siang. Karena belum pernah coba makan mie di sana, saya pun mencobanya. Begitu jam istirahat selesai, saya pun kembali ke ruangan saya, dan lanjut bekerja. Tapi satu jam kemudian, saya merasa perut saya tak enak. Rasanya kembung sekali dan bolak-balik sendawa. Waktu itu saya berpikir mungkin saya hanya masuk angin. Jadi, rasa tak nyaman di perut berusaha saya abaikan dengan fokus pada pekerjaan.

Pulang ke rumah malam harinya, rasa tak nyaman di perut berubah jadi rasa sakit yang menusuk-nusuk. Istri yang mengajak makan malam bareng saya abaikan. Gimana bisa makan, wong perut saya sakit sekali. Akhirnya istri bikinin saya teh manis hangat demi meredakan rasa sakit dan biar perut saya tak kosong. Semakin malam hingga menjelang pagi keesokan harinya, rasa sakit bukannya berkurang, tapi malah semakin merajalela. Pagi itu istri membuatkan saya bubur hangat hambar. Sayangnya hanya masuk beberapa sendok, saya merasa mual, dan akhirnya muntah. Diminum obat pereda rasa sakit perut pun tak kunjung sembuh. Dibelikan obat maag dan anti kembung juga sama saja. Selama dua hari tiga malam selanjutnya saya guling-gulingan tak karuan akibat rasa sakit di perut, malah di hari ketiga perut saya keras seperti batu. Makan apa pun selanjutnya, saya tetap muntah.

Di hari ketiga itu pula, istri menangis dan meminta saya ke dokter. Tapi saya masih bersikukuh untuk tidak pergi. Sayang uangnya, pikir saya begitu. Mungkin ini karena sakit maag saya kambuh, karena saya penderita maag kronis, dan sebelum makan mie di dekat kantor itu, saya lupa sarapan di pagi harinya. Untuk meredakan kekhawatiran istri, saya memintanya membuatkan saya kuah telur. Itu loh telur yang dimasak kuah dengan bawang putih yang banyak dan sedikit garam. Biasanya kuah telur manjur banget dalam kondisi saya yang begini. Memang sih, saya berhasil menghabiskan satu mangkuk kecil kuah telur ini. Rasa hangat dari kuah sedikit meredakan sakit perut. Tetapi hanya sebentar, kemudian saya merasa mual hebat. Karena tak bisa menahannya, saya dipapah istri ke kamar mandi dan muntah. Pertama-tama yang keluar makanan yang terakhir saya konsumsi, sama seperti yang terjadi tiga hari ini. Tapi yang mengejutkan adalah mie yang saya makan tiga hari lalu mulai keluar. Awalnya sedikit, lama-lama semakin banyak. Bentuk mienya masih banyak yang utuh. Istri yang membantu saya, malah iseng mengambil sejuntai mie yang menempel di pipi saya dan dia langsung terpekik.

“Kamu makan karet atau makan mie sih? Ini coba kamu tarik deh!” katanya sambil mengangsurkan potongan mie yang ada di antara jari telunjuk dan jempolnya.

Saya mendelik marah. Saya pikir istri saya jorok sekali, tapi di sisi lain saya penasaran dan akhirnya mengambil potongan mie yang dia angsurkan. Ternyata benar, mie itu seperti karet. Ditarik sekuat apa pun tak mau putus. Anehnya lagi, begitu seluruh isi perut saya keluar, terutama mie karet itu, perut saya jadi enakan dan perlahan rasa sakitnya reda. Ini aneh, tapi nyata. Dan sejak kejadian itu, saya berhenti makan mie!

Makan Mie Lagi Sejak Kenal Mie ReNoodle

Beberapa hari kemarin saya ada mengulas tentang Hidup Sehat Dengan Beras Hidup ReRice. Masih di acara yang sama, yaitu Cooking Show yang diselenggarakan PT. Readboy Indonesia, saya mengenal pula mengenai mie ReNoodle. Saya dan teman-teman Blogger yang hadir di acara ini berkesempatan untuk mengetahui proses pembuatan mie menggunakan ReNoodle Noodle Maker tipe RN88. Ini mesin pembuat mie berukuran kecil untuk kebutuhan penggunaan rumah tangga. Artinya kalau kita memiliki mesin pembuat mie ini di rumah, kita bisa membuat mie ReNoodle sendiri.

Awalnya, chef Andrian mengajak teman-teman Blogger membuat mie sendiri. Bahan dasarnya menggunakan bahan-bahan alami, seperti tepung, telur, air, dan sebagainya. Lalu untuk memberi warna pada mie menggunakan buah naga yang akan menghasilkan mie ReNoodle berwarna pink, daun selada yang menghasilkan warna mie hijau, dan untuk mie berwarna hitam menggunakan carcoal khusus makanan. Membuat mie menggunakan mesin pembuat mie ReNoodle cepat banget prosesnya, trus mie yang dihasilkan juga sehat, kenyal tanpa bahan pengawet atau bahan berbahaya lainnya, serta mienya bisa jadi panjang banget tanpa putus.

Setelah proses membuat Mie ReNoodle selesai, chef Andrian bersama timnya langsung mengolah mie tersebut menjadi sajian yang lezat. Begitu mie yang telah diolah ini tersaji di meja, kami harus segera menyantapnya agar rasa dan tekstur mie tak berubah. Kan tanpa bahan pengawet, pengenyal, dan sebagainya sehingga kalau dibiarkan dalam kondisi terbuka lama, mie jadi sedikit kering. Nah, sewaktu menerima piring berisi mie, awalnya saya sedikit khawatir. Trauma akibat salah makan mie karet di waktu lalu membuat saya sedikit ragu untuk mencoba menyantapnya. Tapi kemudian saya berbicara dengan chef-nya, harusnya mengkonsumsi mie ReNoodle tidak akan ada masalah karena saya melihat sendiri bahan apa saja yang digunakan ketika membuatnya. Sama sekali tak ada bahan berbahaya. Semuanya bahan alami dengan kualitas dan kebersihan yang terjamin.

Oke, baiklah. Saya pun mulai menyantapnya. Rasa mienya sedap, beda banget sama mie yang dibeli di tempat lain. Karena menggunakan bahan-bahan dengan kualitas dan kebersihan yang terjamin jelas menyantap mie ini tak membuat perut saya bermasalah. Ini udah pasti dong ya, karena mie yang dibuat sendiri di rumah menggunakan ReNoodle Noodle Maker sudah pasti menyehatkan. Saya jadi terpikir untuk membeli mesin mie ini agar saya bisa bikin mie sendiri di rumah dan bisa menikmati mie kegemaran saya kapan pun saya mau. Apalagi kalau beli di PT Readboy Indonesia, harganya dapat harga promosi, yaitu Rp2.880.000,- sementara harga asli retailer Rp3.880.000,- Lumayan tuh selisihnya. Trus kalau beli, saya bisa dapat bonus timbangan digital, 2 gelas ukur, 8 cetakan, dan buku resep ekslusif berbagai resep mie 121 halaman berbahasa Indonesia.

Keuntungan Memiliki ReNoodle Noodle Maker

  • Proses pembuatan mie hanya 5 menit dan bisa membuat mie dalam jumlah sesuai kebutuhan.
  • ReNoodle tipe RN88 dilengkapi fuzzy logic, yaitu fungsi otomatis pada merin yang bisa berhenti sendiri begitu adonan terigu sudah habis di dalam wadah.
  • Membuat mie ReNoodle dengan ReNoodle Noodle Maker mudah dan murah, cukup bahan dasar tepung terigu, air, dan telur.
  • Wadah di mesin mie mampu menampung 600 gram tepung terigu yang menghasilkan 5-7 porsi mie.
  • Tersedia 8 macam cetakan, termasuk cetakan penne, macaroni, kulit pastel, gyoza. – Hemat listrik karena untuk 7 porsi mie hanya menghabiskan listrik seharga Rp46,- (empat puluh enam rupiah) .
  • Ada fitur down force, mie langsung keluar dari cetakan sehingga tidak saling menempel dan lengket.
  • Wadah dan perlengkapan mudah dibersihkan.

klik gambar di bawah

untuk keterangan selanjutnya

Untuk informasi dan pembelian.

Kita bisa langsung saja ke:

PT. Readboy Indonesia
Sentral Bisnis Artha Gading Blok A7D No. 17

Jl. Boulevard Artha Gading, Kelapa Gading Barat.
Jakarta Utara 14240, Indonesia.
Telepon: (021) – 296 36296 atau 453 5578
Whatsapp: 0812 90 999 296

Untuk informasi dan pembelian, kita bisa langsung saja ke:

PT. Readboy Indonesia
Sentral Bisnis Artha Gading Blok A7D No. 17
Jl. Boulevard Artha Gading, Kelapa Gading Barat.
Jakarta Utara 14240, Indonesia.
Telepon: (021) – 296 36296 atau 453 5578
Whatsapp: 0812 90 999 296



Media sosial PT Readboy Indonesia:

Youtube: @readboy shop
Facebook: @readboyshop
Instagram: @readboyshop
Twitter: @readboyshop
Email di info@readboy.id




This is
Product

3 pemikiran pada “Saya Jera Makan Mie, Tapi Saya Tetap Makan Mie ReNoodle”

  1. Tapi yg jualan mie karet itu ttp rame mas yg beli? Serem amat sampe bbrp hr, itu mie masih blm hancur yaaa :O.

    Kamu kayak adekku. Prnggila mie banget. Mau diapain aja, ttp sukaaa bgt ama mie dan ga bosen2 :p

    Balas

Tinggalkan komentar