Kenapa Iklan Toko Online Anda Boros Tapi Tidak Menambah Penjualan? Ini Jawabannya

Ditulis oleh Mas Pewe

Penulis pe-we.com sekaligus pemiliknya ini menyenangi segala hal tentang SEO.

Pernah tidak Anda mengalami sudah keluar banyak budget untuk memasang iklan online, tapi penjualan tetap aja seret?

Bahkan Anda sudah juga memasang iklan di Instagram, Facebook, hingga TikTok, namun pelanggan yang check out sangat sedikit. Padahal traffic yang dihasilkan tinggi.

Kalau Anda mengangguk pelan saat membaca pernyataan di atas, berarti Anda sedang menghadapi salah satu masalah klasik dalam e-commerce: budget marketing yang boros dan tidak efektif.

Dalam dunia toko online yang semakin kompetitif, menghamburkan uang untuk iklan tanpa hasil bukan cuma buang waktu, namun bisa membunuh bisnis Anda perlahan.

Apa Penyebab Trafik Banyak, Tapi Konversi Minim?

Banyak pebisnis online sangat fokus mengejar trafik. Apakah Anda salah satunya?

Bisa jadi Anda berpikir, semakin banyak yang datang ke website, makin tinggi kemungkinan closing. Logikanya masuk akal, tapi sayangnya trafik tanpa trust = boncos.

Menurut data dari CMO Survey 2025 yang dimuat dalam white paper Redcomm digital marketing agency Indonesia, lebih dari 89% e-commerce menghadapi kenaikan biaya akuisisi pelanggan (CAC) yang tinggi.

Dari hasil tersebut, ternyata hanya 34% yang benar-benar bisa mengukur lifetime value (LTV) pelanggan mereka.

Artinya, sebagian besar bisnis tidak tahu apakah investasi iklannya menghasilkan pelanggan yang loyal atau cuma pembeli sekali lewat.

Kenapa Iklan Anda Tidak Efektif?

Ada beberapa alasan utama kenapa budget iklan Anda bocor tanpa hasil optimal, di antaranya karena terlalu mengandalkan last click attribution, belum punya first party data strategy, dan lainnya.

Alasan Kenapa Iklan Tidak Efektif

Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini, yuk:

1. Mengandalkan Last-Click Attribution

Mayoritas platform iklan default-nya menggunakan model last click attribution, yang hanya menganggap konversi terjadi dari klik terakhir.

Padahal, menurut Think with Google, rata-rata customer butuh 6-8 touchpoints sebelum akhirnya beli.

Jadi, kalau Anda cuma fokus ke satu titik, Anda kehilangan insight besar terkait perilaku pelanggan.

2. Belum Punya First Party Data Strategy

Setelah update iOS 14.5 dan penghapusan cookie pihak ketiga, banyak toko online kehilangan akses ke data perilaku pelanggan.

Solusinya adalah membangun sistem first party data lewat email marketing, loyalty program, dan CRM. Tapi sayangnya, hanya 31% e-commerce yang memiliki strategi ini.

3. Terlalu Fokus ke Paid Ads, Lupa Bangun Trust

Ingat, konsumen sekarang makin cerdas. Mereka tidak akan langsung beli hanya karena melihat iklan satu kali. Mereka perlu trust.

Nah, banyak toko online tidak punya konten edukatif, testimoni, atau social proof yang cukup buat menumbuhkan kepercayaan.

Jadi supaya iklan Anda bisa lebih efektif, coba baca artikel dan unduh white paper di Jawaban untuk Iklan Online di Industri e-Commerce Untung atau Tidak.

White paper dari Redcomm Group tersebut membahas secara detail tentang:

  • Strategi mengurangi CAC tanpa mengorbankan pertumbuhan.
  • Cara membangun customer trust yang berdampak langsung ke penjualan.
  • Tools dan framework marketing modern yang bisa Anda terapkan segera.

Setelahnya, terapkan beberapa solusi yang akan dibahas di bawah ini!

Solusinya: Bangun Strategi Marketing yang Seimbang

Daripada menghamburkan uang hanya untuk paid ads, alangkah baiknya Anda mulai membangun strategi yang lebih sehat dan berkelanjutan, seperti:

Membangun Strategi yang Lebih Sehat dan Berkelanjutan

1. Memahami Customer Journey

Buat customer journey map. Mulai dari tahapan mereka kenal brand Anda, mencari tahu review, follow di media sosial, sampai akhirnya melakukan pembelian. Setiap touchpoint ini perlu diisi dengan konten yang relevan.

2. Gunakan Multi-Touch Attribution

Alih-alih mengandalkan satu platform untuk tracking, gunakan tools, seperti Google Analytics 4, HubSpot, atau platform CDP yang bisa mengukur perjalanan pelanggan secara menyeluruh.

3. Bangun Trust Lewat Konten

Konten edukatif, review jujur dari pelanggan, dan transparansi soal produk bisa bantu tingkatkan trust. Ini akan berdampak langsung ke conversion rate.

4. Evaluasi CAC vs LTV

Mulailah menghitung berapa biaya yang Anda keluarkan untuk mendapatkan satu pelanggan. Lalu hitung pula, berapa nilai yang pelanggan itu bawa selama dia bersama Anda. Kalau LTV-nya lebih rendah dari CAC, berarti ada yang salah.

Menerapkan solusi di atas bisa membantu Anda meningkatkan efektivitas budget iklan online untuk memaksimalkan penjualan.

Bahkan salah satu klien Redcomm mengubah pendekatan mereka dari model last click menjadi multi-touch.

Mereka juga mulai memaksimalkan CDP dan first-party data, serta membangun funnel trust lewat email edukasi dan testimoni. Hasilnya? Biaya iklan turun 42%, tapi conversion rate justru naik 38%.

 

Pada akhirnya, iklan bukan solusi kalau strateginya salah. Mulailah fokus membangun relasi, trust, dan data yang kuat.

Jangan biarkan budget iklan Anda hanya menambah traffic tanpa impact. Yuk, ubah strategi Anda sekarang sebelum kompetitor Anda yang melakukannya lebih dulu! 

Jika masih bingung dan butuh diskusi lebih lanjut, Anda bisa menghubungi digital marketing agency Jakarta di Kontak Redcomm.