postingan terkait dengan tema yang sama: Penuhi Nutrisi yang baik untuk Anak, Wujudkan Generasi Emas 2045
Post release 21 Sept 2017
pe-we.com
Diskusi publik, “Pemenuhan Hak Kesehatan Anak Untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045” berlangsung di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan – Jakarta pada Hari Senin 07 Agustus 2017 lalu berlangsung hikmat. Diskusi ini diadakan untuk menyambut Hari Anak Nasional, tujuannya adalah mewujudkan generasi emas pada tahun 2045 di Indonesia. Yang menjadi sasaran adalah anak-anak Indonesia yang sekarang, yang merupakan hak mereka mendapatkan gizi dan nutrisi yang baik agar terwujud generasi emas 2045 di Indonesia. Dalam upaya mewujudkan visi besar bangsa ini merujuk pada tahun 2045 genap berusia satu abad. Diharapkan, Indonesia akan mencapai puncak kejayaan serta terbebas dari ancaman gizi buruk, Anak-anak yang saat ini berusia 0 sampai 9 tahun akan berusia 35 sampai 45 tahun. Setelah mencapai tahun 2045 mereka inilah generasi emas yang nantinya diaharapkan akan menjadi pemegang pemerintahan di Indonesia.
Banyak yang masih bertanya-tanya kenapa hal itu perlu dilakukan? Tentu saja perlu, apa jadinya bangsa Indonesia ini apabila hak kebutuhan nutrisi dari setiap anak diabaikan, akan menjadi seperti apa Indonesia pada masa-masa mendatang? Hasil sensus dari BPS atau Badan Pusat Statistik, mengumumkan jumlah penduduk miskin di Indonesia terhitung sejak Maret 2017 adalah 27,77 juta orang, dan yang tercatat sekitar 40% dari keseluruhan penduduk miskin tersebut adalah anak-anak, kalau dihitung berdasarkan kalkulasi BPS adalah 11 juta jiwa. Sangat miris melihat data kemiskinan tersebut, sudah pasti masih banyak anak-anak yang belum dapat menikmati hak-haknya.
Oleh sebab itu, maka perlu dibina sejak dini agar hal-hal yang disebutkan diatas tidak terjadi pada generasi selanjutnya. Program generasi emas 2045 juga didukung oleh Presiden RI, Joko Widodo. Unicef-pun menyebutkan, salah satu indikator tidak terpenuhinya hak-hak dasar anak adalah bila anak tidak mendapat nutrisi dan gizi seimbang.
Upaya Pemerintah untuk menciptakan anak generasi emas tahun 2045 dengan program langsung yang diberikan ke anak, antara lain:
- Forum Anak
- Sekolah Ramah anak
- Pusat Pembelajaran Keluarga
- Pojok Kesejahteraan Anak
- Pusat Kreativitas Anak
- Ruang Bermain Ramah Anak
Oleh sebab itu, maka perlu dibina sejak dini agar hal-hal yang disebutkan diatas tidak terjadi pada generasi selanjutnya. Program generasi emas 2045 juga didukung oleh Presiden RI, Joko Widodo. Unicef-pun menyebutkan, salah satu indikator tidak terpenuhinya hak-hak dasar anak adalah bila anak tidak mendapat nutrisi dan gizi seimbang. Diskusi publik ini juga didukung oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia atau YAICI.
Bahaya SKM (Susu Kental Manis)
Dalam Acara Diskusi Publik “Pemenuhan Hak Kesehatan Anak Untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045”, juga dibahas masalah bahayanya Susu Kental Manis yang beredar dipasaran saat ini. Tahu kah anda bahwa komposisi dari susu kental manis mengandung lebih banyak gula daripada susu. Terlalu banyak konsumsi gula sangat bahaya, apalagi bila sudah dari kecil rutin mengkonsumsinya. Secara komposisi, SKM mengandung 50% gula, 7.5% protein, 8.5% lemak serta 34% air dan bahan tambahan lainnya. Apabila dikonsumsi pergelas maka perhitungan anjuran asupan gula harian tidak melebihi 25 gr, sedang pada perhitungan total takaran saji per 1 gelas SKM adalah 20 gr gula. Hanya 1 gelas sudah 20 gr gula, padahal seorang anak juga butuh konsumsi lain selain susu dan setiap manusia harus makan minimal 3 kali dalam sehari. silakan dipikirkan baik-baik.
Sejarah dari adanya SKM ini pertama kali di produksi di Amerika pada abad ke-18, yang saat itu banyak dipakai sebagai bekal tentara Amerika yang sedang terlibat perang saudara. Proses pembuatannya dengan cara menguapkan sebagian air dari susu segar (50%) kemudian ditambahkan gula 45%-50%. SKM sifatnya tahan lama sehingga wajar apabila digunakan sebagai bekal berperang. Dampak dari asupan gula berlebihan, dapat meningkatkan resiko obesitas dan diabetes.
Secara komposisi yang terlihat, SKM ini bukanlah susu melainkan pemanis untuk membuat roti, es campur, saus puding, dan lainnya yang pada penggunaannya adalah terbatas, yang takarannya tidak sama dengan 2 sendok makan. Terhadap anak-anak, per gelas SKM ini tidak bisa mengganti asupan gizi yang diperlukan oleh tubuh anak, yang terjadi malah sebaliknya anak menjadi rentan terhadap penyakit karena terlalu banyak mengkonsumsi glukosa.J
Filter iklan visual untuk anak
Banyak iklan produk baik itu makanan dan minuman atau produk konten dewasa yang menyesatkan konsumen, tutur Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes R.I. Dr. Eni Gustina MPH. Salah satunya adalah susu kental manis, yang semestinya bukan untuk dijadikan minuman, namun ditampilkan sebagai susu untuk minuman keluarga. Dr. Eni juga menghimbau agar masyarakat peduli dengan memfilter tayangan iklan yang tidak sesuai dengan umur anak pada jam-jam dimana sedang ditayangkan acara televisi anak-anak. Masyarakat dapat melaporkan hal tersebut.
Komisioner KPI Pusat yang turut hadir sebagai pembicara, Dewi Setyarini menjelaskan langkah yang perlu dilakukan adalah menyatukan persepsi tentang tayangan ramah terhadap anak, termasuk iklan SKM yang sebenarnya bukanlah susu, namun disebut sebagai susu.
Dewi Setyarini menambahkan, “Untuk mewujudkan iklan ramah anak ini, diperlukan keterlibatan seluruh pihak. Untuk mengidentifikasi apakah konten sudah ramah anak, KPI tidak bisa melakukannya sendirian, melainkan butuh dukungan lembaga dan institusi terkait serta juga peran serta masyarakat.”
InformasiArtikel ini disusun berdasarkan pengalaman pribadi karena saya datang menghadiri acara Diskusi Publik “Pemenuhan Hak Kesehatan Anak Menuju Indonesia Emas 2045” yang diselenggarakan di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan – Jakarta pada Hari Senin 07 Agustus 2017.
Dan Artikel ini merupakan backup dari blog lama saya di http://peweartstudio.net/kesehatan/bersatu-mewujudkan-generasi-emas-2045/ yang tayang per tanggal 10 Agustus 2017.